Lain, Jhon seperti tak mengenal wanita yang duduk di depan nya, wanita itu menatap dingin tanpa perasaan, Jhon masih bingung akan apa yang terjadi, sesekali menggaruk kepala nya dan mengangkat cangkir kopi panas dengan canggung, "Ris? aku ada salah apa yah?" tanya Jhon memecahkan keheningan antar mereka, tertegun ia, Riska, wanita yang telah bersama nya 8 tahun itu, masih terus menatap Jhon tanpa berkedip, mulai merinding Jhon melihat tingkah Riska yang aneh. ia baru saja ingin mengakui bahwa pernah mengambil uang dari tas yang dititipkan Riska, untuk membeli Cappucino Cincau saat menunggu Riska di salon. "Ak-" belum sempat Jhon menyelesaikan kalimatnya, "Fyuhh" hela napas Riska panjang, "Memang" lanjutnya, Jhon bingung, alisnya naik sebelah "Memang apa nya?" jawab Jhon. "Bosan" jawab Riska sambil memalingkan wajahnya menatap pintu keluar, "Kamu bosan? mau ganti tempat?" ucap Jhon sebari membereskan barang-barang nya, "Bukan, aku bosan sama kamu" jawab Riska pelan, tanpa menatap Jhon, kepala nya masih melihat pintu keluar, tak tau berkata apa, Jhon hanya bisa terdiam, melihat Riska yang begitu ia cintai, dalam diam hati nya terluka, sakit, tangan kanan nya menekan dada yang seperti akan meledak. Krieet, Riska bangun dari kursi nya. "Sudah yah, terima kasih atas 8 tahun ini, aku harap kamu dapat yang lebih baik" kata Riska pergi tanpa ijin, bahkan tak berusaha menanyakan pendapat Jhon.
Perasaan Jhon campur aduk, hari masih menunjukkan pukul 14:00, tapi gelap yang ia lihat, seakan tak ada tempat lagi untuk cahaya, kepala nya bekerja lebih cepat, mencari alasan hal ini terjadi, atau sejak kapan hal ini terjadi, atau apa yang membuat ini terjadi,
Jhon pulang dengan lemah, berjalan kecil hingga menuju kamar, tanpa basa basi ia loncat ke kasur, meletakan kepala nya di bantal, triak ia sekencang-kencang nya "KENAPA?", Ibu nya yang saat itu sedang memasak kaget, cepat-cepat masuk ke kamar Jhon, "Kamu kenapa nak? kok triak-triak?" tanya khawatir Mama Jhon, kaget ia ketika melihat wajah anaknya, lesu dan berlumuran air mata, "Episode 1030 anime One Piece bagus banget ma" jawab Jhon sebari berusaha memberi senyum, "Hadeh kamu kurang-kurangin nonton kartun anak-anak" kata Mama Jhon seraya kembali ke dapur.
3 bulan berlalu, Jhon masih belum bisa melupakan Riska, apalagi setiap malam minggu, badai memori menabrak pikiran nya tanpa ijin, membuatnya tersenyum sebelum akhirnya menangis. tersadar semua telah hilang, Jhon memutuskan untuk keluar dari Rumah, menggunakan motor Suzuki FU tahun 2016 warna Merah Hitam kesukaan nya, sekedar melihat lihat kota Jakarta pada jam 01:00 dini hari, jalanan mulai sepi walau itu malam minggu, Jhon memilih untuk melewati Jalan Raya Daan Mogot, lurusan panjang berkilo kilo meter, Ia terus lurus mengikuti jalan yang terbentang, hingga akhirnya sampai di bawah Pesing Flyover, Ia melaju di Jalan Raya Pantura, berbelok di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Ia lihat di sisi kiri nya banyak wanita duduk di bangku merah, terkadang berdiri dan melambai-lambai, mata nya tak sengaja menangkap sosok yang tak asing bagi nya, wanita dengan baju garis garis putih hitam, hotpants pendek dengan gambar kelinci di bagian kiri nya, kaca mata kotak dengan gagang biru tua. Ia pacu pelan-pelan motor nya, mata Jhon terfokus pada sosok itu. namun wanita itu menyadari bahwa Jhon menatap diri nya, ia lari tanpa sebab, cepat-cepat Jhon berusaha mengejar, mereka balapan antara pelari di trotoar dan pengedara di jalan raya, hingga akhirnya wanita ini kelelahan, Jhon berhenti, di buka helmnya dan turun ia dari motornya.
Mata nya berkedip berkali-kali, berusaha memastikan apa yang ia lihat, "Riska?" tanya Jhon. Diam seribu bahasa Riska hanya menunduk ke bawah, tubuhnya gemetar ketakutan. "kamu ngapain di sini?" tanya Jhon lagi, masih tanpa jawaban, namun mulai menetes hujan kecil dari balik kaca mata kotaknya, Jhon memeluk Riska, erat, seakan tak ingin melepaskan, hujan kecil berubah menjadi hujan deras, membanjiri Jhon dengan cepat, baju nya basah, tapi pelukan nya tetap erat. 5 menit mareka diam tanpa kata dengan saling memeluk, "Aku sudah tidak pantas buat kamu, aku gak seperti yang kamu pikirkan" kata Riska, ia berusaha melepaskan pelukan Jhon, ia tatap Jhon dengan mata nya yang sembab, "Kamu pasti dapat yang lebih baik" kata Riska sebari berlari menjauh dari Jhon, malam itu, mereka tak pernah lagi bertemu. Jhon masih terus memikirkan apa yang terjadi, dan dimana semua ini bermulai.
*Riska POV*
Minggu adalah hari kesukaan Riska, ia terbiasa menghabiskan waktu bersama Ibu nya di pasar traditional dekat rumahnya, tertawa dengan para pedagang yang ditawar habis-habisan oleh Ibu nya, namun sudah lama sejak kenangan terakhir akan momen bahagia itu, kini Ibu nya terbaring lemas di kamar rumah sakit, suster dan dokter lalu lalang, tak bisa Ibu nya tanpa penjagaan, kondisi nya kritis, waktu nya hampir habis, Riska anak satu-satu nya, Ayah nya sudah lebih dulu meninggalkan mereka, segala cara telah Riska lakukan, meminjam sana sini untuk biaya berobat ibu nya, namun semua masih tak cukup, panik dengan semua masalah yang ada, Jhon terus saja mengajak bertemu, menganggap Riska tak lagi sayang pada diri nya, Riska memang memilih untuk tidak cerita kepada Jhon, karena keadaan keluarga mereka hampir sama, ia tak mau Jhon ikut khawatir, akhirnya setelah merasa telah mengabaikan Jhon selama 1 bulan lebih, Riska setuju untuk bertemu di Kafe kesukaan mereka, saat bertemu pun Riska terus memikirkan Ibu nya, ia ingin cepat pulang. akhirnya Riska memutuskan untuk mengakhiri cinta nya pada Jhon, walau menangis dia diam-diam saat keluar dari kafe. tak tega ia melihat wajah Jhon, ia tak sanggup.
1 bulan berlalu, kondisi Ibu nya tak kunjung membaik, utang mereka sudah melebihi batas, namun menyerah tak ada dalam kamusnya. Riska harus bekerja seharian mencari uang receh, ini tak akan cukup kata nya. dia teringat akan teman nya Desri, yang bisa mendapatkan uang banyak dengan cepat, bertanya lah ia akan cara Desri mendapatkan banyak uang, dan Desri pun setuju untuk membantu Riska, mereka bertemu di sebuah hotel murah dengan bangunan yang tampak tak layak pakai lagi. Riska bertanya-tanya untuk apa datang kesana, tapi ia tak berani bertanya takut Desri berubah pikiran, sampai mereka pada sebuah kamar, masuk mereka berdua ke dalamnya, terkejut Riska di sana ada 2 orang lelaki yang berumur sekitar 40, tanpa satu kata pun, Desri membuka baju dan berlari menuju salah satu dari lelaki itu, lalu yang satu nya menghampiri Riska, dia memeluk Riska sebari mencium Riska dari leher hingga pipi, Riska memberontak, Desri yang melihat ini "udah ikutin ajah, lu butuh duit kan?" kata Desri, akhirnya Riska menyerah, ia tau, sekarang tak ada lagi kata mundur. malam itu juga, Riska mendapatkan banyak uang dengan mengorbankan pengalaman pertama nya, ia menangis sepanjang jalan menuju rumah sakit. saat sampai, ia cuci muka sebelum bertemu Ibu nya, ia paksakan senyum palsu, Tok Tok "Bu aku masuk ya" kata Riska, dia genggam tangan Ibu nya, "Nak, kamu kenapa? kok kamu keliatan sedih" jawab Ibu Riska sebari membuka mata nya, "gak apa ma, yang penting mama sembuh" jawab Riska, sesudah itu Riska tertidur dengan posisi duduk di samping Ibu nya, sayangnya Riska tak pernah tau, jika percakapan mereka semalam adalah yang terakhir. Ibu nya mungkin tak ingin meninggalkan Riska sekarang, jika Ia tau bahwa anak nya terlilit utang besar yang harus dibayar dan harga diri yang telah terjual. namun takdir selalu jahat, mengagalkan semua rencana manusia, meninggalkan pedih, memaksa kita kembali ke dalam tanah.
Comments
Post a Comment