Dear Diary,
Rabu, 11 Februari 2004.
Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana semua hal di dunia akan berakhir, di mana air yang terus mengalir akan berhenti, di mana angin yang berhembus akan beristirahat, atau hanya sekedar bagaimana aku tanpa kamu. Aku tidak pandai membaca wajah, aku pun tidak mudah mengerti segala hal, aku hanya menjadi aku, pria bodoh yang telat mengerti semua nya. Kala itu, hujan rintik tak menghentikan langkah mu, aku terus menelusuri jalan di belakang diri mu yang tergesa-gesa dan sesekali menengok ke belakang, mungkin memastikan aku masih mengikuti mu atau tidak. Aku mulai khawatir, baju putih mu mulai terlihat basah, aku mempercepat langkah ku, berharap cemas akan mencapai diri mu. Namun, kau tetap menjaga jarak, agar kita tetap berjauhan.
Dalam setiap langkah, aku selalu memikirkan tentang apa yang salah, dan tentang apa yang kau inginkan untuk ku lakukan. Aku terus memanggil nama mu, "Dar, dar, berhenti dar" triak ku di tengah kebisingan rintik hujan dan jalanan licin, kala itu jalan raya memang terasa sepi, bahkan toko-toko hanya beberapa yang buka, lampu-lampu rumah telah padam, hanya terang lampu jalan yang menuntut langkah kita. Dalam jarak yang kita jaga, aku dapat melihat diri mu yang gemetaran dan menggigil, kau melipatkan kedua tangan mu di depan dada, sesekali menangis sesenggukan. Apa yang salah? aku mencintai diri nya lebih dari apapun.
"Dar, berhenti!" triak ku cukup keras kali ini. Namun dibalas dengan lari kecil dan langkah cepat, "Dar! tar kamu jatuh, jalan nya licin!" triak ku lagi, berusaha memperingati diri nya, dia hanya menoleh, terlihat ketakutan, mata nya terarah pada tangan ku, lalu cepat-cepat ia kembali berlari, lebih cepat kali ini. Aku hampir kehilangan diri nya jika saja aku tidak menambah kecepatan ku. Tanpa sadar lampu kota dan pertokoan tak lagi ada, sekitar kami telah menjadi kali besar di kanan, dan perpohonan di kiri, pun lampu kendaraan telah sirna. "Darla, hati-hati ini gelap loh" ucap ku sebari berlari kembali menuju ke diri mu yang tampak lelah. "NAMA KU BUKAN DARLA!" triak diri mu keras-keras, aku pun terkejut dan kaget, namun kali ini aku telah sampai di depan mu, aku hanya bisa tersenyum lebar, sebari berkata "Aku tau kok".
.....
Comments
Post a Comment