Aku pernah menjadi sangat bodoh, hingga membuat semua yang bermula indah, menjadi hancur berkeping-keping. Mencintai mu tidak pernah menjadi sesuatu yang aku sesali, melepaskan mu dengan begitu cepat itulah yang selalu menghantui pikiran ini. Setahun telah berlalu, rasa nya aku sudah bisa berlari sendiri, walau kadang ada kala nya aku menengok ke belakang dan merindukan diri mu.
Hei, masihkah kamu menggigit kuku mungil mu setiap kali merasa gugup? masihkah kamu meminta italian chocolate ice cream setiap kali merasa kesal? Ah, waktu telah berlalu, tapi aku masih merindukan wajah merah marun mu. Sesak rasa nya tuk membayangkan bahwa saat ini, ada orang lain yang merasakan semua yang dahulu aku spesialkan.
Seandainya kala itu aku tidak pernah memikirkan hal bodoh, tuk mengganti senyuman indah mu dengan perasaan palsu dan pahit yang dia berikan. Mungkin kah kita masih bahagia? Tertawa lepas hingga matahari terbenam di angkringan Pak Jono? Mungkin kah kau masih terus merengek untuk mampir ke siomay Bunda Yani setiap kali kau merasa hari mu buruk? Aku terus memikirkan nya, apakah akan ku temukan diri mu, jika saja aku mendatangi tempat-tempat favorit kita dulu.
Aku ingin bertemu sekali lagi, hanya untuk sekedar mengucapkan "maaf" dan "aku masih mencintai diri mu" namun, di dalam diam dan keheningan, aku sadari, sudah terpaut terlalu jauh jarak kita, terlalu membekas luka yang ku berikan.
Comments
Post a Comment