Skip to main content

Abu



Biarkan saja aku menjadi kayu

Terbakar dalam arang hitam

Mencoba tak jadi menjadi abu

Aku bertahan dalam diam


Biar saja kau jadi api

Hancurkan semua yang ku beri

Ini hampir mejadi sia - sia

Bahkan sedikit lagi tak tersisa


Aku harap tidak cepat terbakar habis

Bawa lah sisa-sisa diri ku

Ingatlah aku dalam hati mu

Kala kau ingin menangis


Ini bukan salah panas nya api

Atau bukan karena lemahnya kayu

Boleh saja kayu basah tak bisa terbakar

Api kecil pun bukanlah masalah


Aku hanya berharap ada sedikit waktu, sebelum aku terbakar habis, tanpa bisa berkata sepatah kata pun.

Aku benci arang hitam, yang membuat api mu makin besar, membuat aku cepat menjadi abu.

Comments

Popular posts from this blog

Penyesalan Ku

  Aku pernah menjadi sangat bodoh, hingga membuat semua yang bermula indah, menjadi hancur berkeping-keping. Mencintai mu tidak pernah menjadi sesuatu yang aku sesali, melepaskan mu dengan begitu cepat itulah yang selalu menghantui pikiran ini. Setahun telah berlalu, rasa nya aku sudah bisa berlari sendiri, walau kadang ada kala nya aku menengok ke belakang dan merindukan diri mu. Hei, masihkah kamu menggigit kuku mungil mu setiap kali merasa gugup? masihkah kamu meminta italian chocolate ice cream setiap kali merasa kesal? Ah, waktu telah berlalu, tapi aku masih merindukan wajah merah marun mu. Sesak rasa nya tuk membayangkan bahwa saat ini, ada orang lain yang merasakan semua yang dahulu aku spesialkan. Seandainya kala itu aku tidak pernah memikirkan hal bodoh, tuk mengganti senyuman indah mu dengan perasaan palsu dan pahit yang dia berikan. Mungkin kah kita masih bahagia? Tertawa lepas hingga matahari terbenam di angkringan Pak Jono? Mungkin kah kau masih terus merengek untuk ma...

Ranting Patah

Berjalan di antara ranting patah Rapuh, seperti harapan yang perlahan punah Mungkin tubuh nya masih belum menyerah Walau hati nya mulai jenuh Sejauh mana ranting patah membawa langkah Dia lelah tuk bergerak tanpa tujuan pasti Berkali pikiran nya memohon agar berhenti Namun tubuh itu masih paksakan langkah Walau ia kini mulai hancur Perlahan menua dan rapuh Ia tetap ingin melihat ujung ranting patah Mungkin saja ia dapati diri nya bahagia, atau hanya sekedar mencoba tuk tak hancur.

My Diary

Dear Diary,  Rabu, 11 Februari 2004. Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana semua hal di dunia akan berakhir, di mana air yang terus mengalir akan berhenti, di mana angin yang berhembus akan beristirahat, atau hanya sekedar bagaimana aku tanpa kamu. Aku tidak pandai membaca wajah, aku pun tidak mudah mengerti segala hal, aku hanya menjadi aku, pria bodoh yang telat mengerti semua nya. Kala itu, hujan rintik tak menghentikan langkah mu, aku terus menelusuri jalan di belakang diri mu yang tergesa-gesa dan sesekali menengok ke belakang, mungkin memastikan aku masih mengikuti mu atau tidak. Aku mulai khawatir, baju putih mu mulai terlihat basah, aku mempercepat langkah ku, berharap cemas akan mencapai diri mu. Namun, kau tetap menjaga jarak, agar kita tetap berjauhan. Dalam setiap langkah, aku selalu memikirkan tentang apa yang salah, dan tentang apa yang kau inginkan untuk ku lakukan. Aku terus memanggil nama mu, "Dar, dar, berhenti dar" triak ku di tengah kebisingan rintik hujan ...