Skip to main content

Kenangan Hujan



Hujan turun dengan deras, kita masih mematung di depan sebuah rumah makan, RM Sederhana, tulisnya.

Ku lihat sedikit khawatir di wajah mu, menanti hujan reda dengan menatap serius langit langit gelap.

Kebisingan lalu lintas terdengar jelas, percikan air membasahi seluruh jalan, aku masih berdiri di samping mu, tanpa kata, sesekali meniru mu menatap langit. dingin, aku ragu, kaos putih mu dengan gambar kelinci dan tulisan "fuck human" dapat menahan dingin ini. ingin sekali ku berikan pada mu sebuah jaket kulit kerbau yang ku beli di tanah abang 2 tahun lalu, namun jaket ini belum pernah ku cuci, sesekali terkena noda bensin dan asap bus. malu rasanya jika jaket ini dipakai oleh wanita secantik diri mu, rasa keadilan ku memberontak, kau heran melihat ku melepas jaket, mata kita bertemu. gugup aku, hanya senyum yang ku lontarkan, kau masih dengan wajah heran, mungkin menanti ku memulai kata.

Rintik air mulai lelah untuk terus berjatuhan, aroma tanah basah mulai menusuk hidung, langit mulai memberikan sinarnya, kamu masih menatap langit, pelan pelan wajah mu bersinar, cantik. hanya itu yang dapat ku pikirkan, kacamata bulat, poni yang sejajar dengan alis mata, dan rambut yang lurus panjang, rasanya ingin sekali aku mengabadikan mu dalam sebuah foto.

Tiba-tiba mata mu berbinar, dengan senyum lebar yang indah, kau mulai melangkah, dengan mengulurkan tangan terlebih dahulu, mengecek apakah masih ada rintik hujan yang tersisa, langkah kecil demi langkah kecil, hingga kau naik ke atas motor RX King tahun 2004, kau peluk ia, sebelum akhirnya berlalu. tinggal aku, seorang diri berdiri di depan sebuah rumah makan, RM Sederhana, tulisnya.


- Grafi Xavier

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penyesalan Ku

  Aku pernah menjadi sangat bodoh, hingga membuat semua yang bermula indah, menjadi hancur berkeping-keping. Mencintai mu tidak pernah menjadi sesuatu yang aku sesali, melepaskan mu dengan begitu cepat itulah yang selalu menghantui pikiran ini. Setahun telah berlalu, rasa nya aku sudah bisa berlari sendiri, walau kadang ada kala nya aku menengok ke belakang dan merindukan diri mu. Hei, masihkah kamu menggigit kuku mungil mu setiap kali merasa gugup? masihkah kamu meminta italian chocolate ice cream setiap kali merasa kesal? Ah, waktu telah berlalu, tapi aku masih merindukan wajah merah marun mu. Sesak rasa nya tuk membayangkan bahwa saat ini, ada orang lain yang merasakan semua yang dahulu aku spesialkan. Seandainya kala itu aku tidak pernah memikirkan hal bodoh, tuk mengganti senyuman indah mu dengan perasaan palsu dan pahit yang dia berikan. Mungkin kah kita masih bahagia? Tertawa lepas hingga matahari terbenam di angkringan Pak Jono? Mungkin kah kau masih terus merengek untuk ma...