Skip to main content

Awan Kuning


Lahir dari ketidaksengajaan, hidup dalam ketidakcukupan, berjuang mencapai harapan kosong, berusaha menikmati walau hampa.

Aku hanyalah orang gagal dari kumpulan manusia terbuang. Sudah lama aku ingin berdamai pada bentuk bentuk fana makian dan hinaan.

Jijik, semacam kata motivasi untuk tidak lagi berharap pada manusia. Lelah, aku ingin berdamai dengan diri sendiri. Terdiam di tengah hujan, duduk merenung di sebuah bangku taman. Merasakan kedamaian tanpa kebisingan manusia bahagia.

Hidup ini sialan. Memberikan yang terburuk pada yang berjuang untuk hidup. Mata ini kutukan, jatuh cinta pada diri mu yang tak mungkin ku capai. Kamu selalu hadir pukul 15:00. Duduk di balkon rumah mewah 2 lantai, sesekali menahan rambut panjang yang tertiup angin dengan tangan kecil putih. Mata mu hitam, ku lihat ada kekosongan pada tatapan mu. Apakah diri mu sama seperti ku? Menderita walau hidup dalam istana mewah?

Aku suka wajah lugu mu, walau aku tak bisa mendekat, setidaknya aku masih bisa melihat diri mu dari jauh, setiap hari. Aku penasaran pemandangan seperti apa yang kau lihat dari istana mu, apa yang membuat diri mu muncul setiap hari di jam yang sama. Apakah kau menyadari ada aku disini yang selalu melihat mu?

Bingung, tak pernah ku lihat wajah mu bahagia, kosong, kau seperti aku. Tak mengharapkan apapun dari siapapun. Mungkin diri mu juga terjebak pada perasaan tak berdaya.

Mengamati mu membuat ku tersadar, kau selama ini tak pernah melihat warna indah, dunia mu gelap, tanpa warna. Tak apa, mulai sekarang lihatlah banyak warna, bahagia lah, jangan berikan tatapan kosong lagi pada awan awan senja yang indah. Tersenyumlah, karena kini kau tak perlu lagi hidup dalam warna hitam. Jangan khawatir, aku sudah terbiasa hidup dalam dunia gelap tanpa warna. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kenangan Hujan

Hujan turun dengan deras, kita masih mematung di depan sebuah rumah makan, RM Sederhana, tulisnya. Ku lihat sedikit khawatir di wajah mu, menanti hujan reda dengan menatap serius langit langit gelap. Kebisingan lalu lintas terdengar jelas, percikan air membasahi seluruh jalan, aku masih berdiri di samping mu, tanpa kata, sesekali meniru mu menatap langit. dingin, aku ragu, kaos putih mu dengan gambar kelinci dan tulisan "fuck human" dapat menahan dingin ini. ingin sekali ku berikan pada mu sebuah jaket kulit kerbau yang ku beli di tanah abang 2 tahun lalu, namun jaket ini belum pernah ku cuci, sesekali terkena noda bensin dan asap bus. malu rasanya jika jaket ini dipakai oleh wanita secantik diri mu, rasa keadilan ku memberontak, kau heran melihat ku melepas jaket, mata kita bertemu. gugup aku, hanya senyum yang ku lontarkan, kau masih dengan wajah heran, mungkin menanti ku memulai kata. Rintik air mulai lelah untuk terus berjatuhan, aroma tanah basah mulai menusuk hidung, la...

Penyesalan Ku

  Aku pernah menjadi sangat bodoh, hingga membuat semua yang bermula indah, menjadi hancur berkeping-keping. Mencintai mu tidak pernah menjadi sesuatu yang aku sesali, melepaskan mu dengan begitu cepat itulah yang selalu menghantui pikiran ini. Setahun telah berlalu, rasa nya aku sudah bisa berlari sendiri, walau kadang ada kala nya aku menengok ke belakang dan merindukan diri mu. Hei, masihkah kamu menggigit kuku mungil mu setiap kali merasa gugup? masihkah kamu meminta italian chocolate ice cream setiap kali merasa kesal? Ah, waktu telah berlalu, tapi aku masih merindukan wajah merah marun mu. Sesak rasa nya tuk membayangkan bahwa saat ini, ada orang lain yang merasakan semua yang dahulu aku spesialkan. Seandainya kala itu aku tidak pernah memikirkan hal bodoh, tuk mengganti senyuman indah mu dengan perasaan palsu dan pahit yang dia berikan. Mungkin kah kita masih bahagia? Tertawa lepas hingga matahari terbenam di angkringan Pak Jono? Mungkin kah kau masih terus merengek untuk ma...